Cerita Asal Mula Pinogu
Dahulu kala, wilayah di Pinogu adalah sebuah kerajaan bernama Bangio. Sang Raja memiki dua putera laki-laki yang tertua bernama Mo'odulio dan adiknya bernama Mo'oduto. Sampai akhirnya, tibalah saatnya Sang Raja mewariskan kerajaan itu. Namun, agar terasa adil, Sang Raja membuat sayembara untuk kedua puteranya tersebut. Siapa yang memenangkan sayembara, maka dia layak menggantikan Sang Raja.
Sayembaranya cukup aneh, yakni masing-masing diminta mengupas tebu yang panjangnya kira-kira satu meter saja. Mo'odulio mengupas tebu dari pangkal batang, sebaliknya sang adik mengupasnya dari ujung atau bagian atas. Alhasil, Mo'oduto dinyatakan sebagai pemenang sayembara dan berhak memimpin kerajaan Bangio.
"Usai mengupas tebu, Mo'odulio memotong bagian yang hambar dan membuangnya. Sementara Mo'oduto tetap mengupas batang tebu secara utuh dari ujung hingga pangkal. Artinya, Mo'oduto dinilai akan memperhatikan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali, sedangkan Mo'odulio dikhawatirkan hanya mau yang manis-manis saja dan mengabaikan sebagian yang lain," tutur Gandi saat ditemui Kompas akhir pekan lalu di Pinogu.
Karena malu kalah dalam sayembara, Mo'odulio menyingkir ke wilayah yang sekarang disebut Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara. Di sana ia berhasil menjadi raja setelah memenangkan sayembara oleh raja lama. Sementara itu, si adik, Mo'oduto, memimpin kerajaan Bangio dengan baik dan rakyatnya sejahtera.
Mo'odulio masih menyimpan dendam kepada sang adik setelah kalah dalam sayembara itu. Maka, disusunlah rencana untuk menyerang kerajaan Bangio. Akhirnya, terjadilah pertempuran hebat di Bangio yang dimenangkan pasukan Mo'odulio. Dalam pertempuran itu, Mo'oduto gugur.
Akibat pertempuran hebat tersebut, konon, darah yang mengalir sampai membentuk anak sungai. Lokasi pertempuran itu disebut dengan Pinogumbala, dalam bahasa Suwawa, yang artinya tempat perkelahian. Sampai sekarang, orang-orang menyebutnya sebagai Pinogu.
Masih ada makam raja Mo'oduto beserta permaisurinya yang bernama Sandeno. Di sebelah kedua makam tersebut, ada pula makam Ohito, anak Mo'oduto, dan Wadema, anak Ohito alis cucu Mo'oduto. Keempat makam itu ada di puncak bukit di Pinogu dan sering dikunjungi peziarah yang percaya bahwa jika berdoa di kuburan itu akan terkabul hajatnya.
Saat berkunjung ke lokasi makam raja tersebut, perlu waktu sekitar sejam berjalan kaki dari Pinogu. Perjalanan menembus hutan dan dua kali menyeberangi Sungai Bone yang berarus deras dengan kedalaman sepinggang.
"Meskipun Pinogu merupakan daerah yang terpencil, sampai kapan pun kami tidak akan pindah dan akan tetap tinggal di sini selamanya. Sebab, ini adalah warisan leluhur kami," kata Gandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar